Loggo Tutorial Blog dan Seo
Amole, Nimao, Koyao, Wao, Yepyum, Kaonak, Kaipase, Amakanie, Selamat Datang dan Terima Kasih atas Kunjungan Anda Di Blogspot IPMAMI SESAL

Selasa, 20 Mei 2014

Mahasiswa Papua menuntut : PTFI dan Pemerintah Indonesia segera Fasilitasi penyelesaian Konflik Horizontal diTimika,



Jakarta, Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Papua Se-Jawa dan Bali menggelar aksi demonstrasi di depan kantor pusat PT Freeport Indonesia, di Plaza 89, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2014).
 
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya
. (Admin)
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Dalam aksinya mereka mendesak agar PT Freeport dan pemerintah segera menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di bumi Cendrawasih, khususnya diwilayah Mimika. Aksi yang awalnya berjalan damai itu sempat memanas ketika sekitar 200 mahasiswa Papua merangsek masuk ke dalam lobi gedung Plaza 89.

Namun, puluhan aparat kepolisian yang berjaga menghalau aksi mereka. Tak Ayal, para mahasiswa pun melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan kaca di lobi gedung tersebut. Tak mau ambil resiko, pihak pengelola gedung terpaksa memutus aliran listrik dan lift di area itu.

Selang beberapa saat, para mahasiswa akhirnya berhasil diarahkan mundur ke halaman depan gedung tersebut. Namun, aksi mereka tak berhenti disitu, mereka pun tetap melanjutkan aksinya dengan membakar ban bekas dan ranting kering pohon, sambil terus meneriakan tuntutan mereka. Selang beberapa lama ratusan anggota Brimob bersenjata lengkap diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu, Humas Aksi Waren Magal dalam keterangan pers nya menyebut konflik horizontal yang terjadi sejak tahun 1990-an di Mimika, Papua merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh PT. Freeport Indonesia untuk menutup protes masyarakat terkait kehadiran perusahaan tambang raksasa tersebut di Timika.

Sayangnya, konflik horizontal itu terus berlanjut karena pemerintah terkesan tutup mata dan lepas tanggung jawab terhadap konflik yang terjadi.

"NKRI telah mengamanatkan kepada pihak penegak hukum untuk mengayomi dan melindungi warga negaranya namun hal itu tidak dilakukan. Justru pemerintah benar-benar lepas tanggungjawab terhadap konflik horizontal yang terus terjadi di kabupaten Mimika," kata dia, Selasa (20/5/2014).

Ia juga menyebut PT Freeport telah menjadikan Indonesia boneka, sehingga pemerintah selalu tak kuasa dalam menangani konflik horizontal yang terjadi di pinggiran perusahaan tambang tersebut. "Sementara pemerintah mengkondisikan TNI/POLRI melakukan penahanan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memperjuangkan hak demokrasinya," ujar dia.

Untuk itu, mereka menyebut pemerintah dan PT Freeport hanya hadir untuk mengeruk kekayaan alam dan memusnahkan manusia Papua.
"Buktinya konflik yang berkepanjangan PT.FI dan NKRI menjadi aktor utama sehingga, Perang yang terjadi di Mimika merupakan praktek politik pecah belah (devide et impera) oleh pihak pemerintah dan PT.FI untuk mengadu domba orang asli papua (OAP) akibatnya, mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar," tegasnya.

Untuk itu, mereka mengancam akan melakukan boikot di Pilpres 2014 untuk wilayah Papua, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan konflik horizontal di Timika.

"PT Freeport Indonesia segera fasilitasi penyelesaian konflik di Timika, jika tidak Freeport keluar dari Papua atau Papua yang Keluar dari Indonesia," tandasnya. [nr]
- See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Mahasiswa Papua: Selesaikan Konflik, Atau Freeport Angkat Kaki - See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Mahasiswa Papua: Selesaikan Konflik, Atau Freeport Angkat Kaki - See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Mahasiswa Papua: Selesaikan Konflik, Atau Freeport Angkat Kaki - See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf
Mahasiswa Papua: Selesaikan Konflik, Atau Freeport Angkat Kaki - See more at: http://utama.seruu.com/read/2014/05/20/214456/mahasiswa-papua-selesaikan-konflik-atau-freeport-hengkang-papua#sthash.prKl4IAT.dpuf

0 komentar:

Posting Komentar